Panduanrakyat
Wakatobi

Peringati Hardiknas 2022 di Wakatobi, GBC dan RUBA Wali Gelar Diskusi Terbuka, Ketua ICMI Muda Sultra Bilang Begini

PANDUANRAKYAT, WAKATOBI- Gerakan Binongko Cerdas (GBC) dan Rumah Baca (RUBA) Wali berkolaborasi menggelar diskusi terbuka dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh setiap tanggal 2 Mei.

Dialog yang menghadirkan Ketua Umum ICMI Muda Sultra, Rami Musrady Zaini, Founder Ceritakan Wakatobi, Saleh Hanan dan Tokoh Pendidikan, La Ode Masudin itu berlangsung di Aula Gedung Serbaguna Kelurahan Rukuwa, Kecamatan Binongko, Kabupaten Wakatobi, Sabtu, 7 Mei 2022.

Pengurus Gerakan Binongko Cerdas (GBC), Fitri Amelia Irianto mengatakan bahwa dalam menghadapi Hari Pendidikan Nasional 2 Mei ini di awali dengan kegiatan Take Creative Photos.

“Pendaftaran 25 April 2022 dan mulai posting tanggal 30 April 2022, pengumuman juara lomba tanggal 7 Mei 2022 di rangkaikan dengan dialog pendidikan dan penyerahan hadiah,” Kata Fitri Amelia Irianto.

Sementara itu, menurut Ketua Umum ICMI Muda Sultra, Rami Musrady Zaini, tantangan terberat pendidikan di era digital saat ini adalah sumber daya manusia.

“Tantangan yang sebenarnya itu di Sumber Daya Manusia kita dulu. Sumber Daya Manusia kita siap tidak menghadapi ini kan kebanyakan dari kita ini, itu tidak siap memasuki era itu. Jadi solusinya adalah memang kita harus memantaskan dari dulu, mempersiapkan diri kita untuk bisa menyanggupi era digitalisasi itu. Karena mau tidak mau, suka tidak suka era itu sudah datang kita harus menyesuaikan. cara menyesuaikannya adalah sumber daya manusia yang harus di upraged ditingkatkan lagi”, Kata Rami Musrady Zaini.

Lanjut, ia menjelaskan dalam rangka menuju pendidikan teknologi, secara umum di Sulawesi Tenggara sudah mempersiapkan diri mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi ke dalam seluruh mata pelajaran.

“Setahu saya secara umum Sultra sudah mempersiapkan era itu. Karena disitu ada program-program pemerintah sosial provinsi itu, seperti Sultra Cerdas. Bangunan isinya itu memasuki era digitalisasi sehingga sekarang ada kerjasama-kerjasama kampus UICI (Universitas Islam Cipta Indonesia) yang memang kampus bangunannya yang lewat digitalisasi saja yang penting ada akses internet, HP atau Laptop,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ketua ICMI Muda Sultra menjelaskan mendukung transformasi pendidikan di era digital, semua pihak harus berperan, tidak terkecuali ICMI. Untuk menyiapkan itu, ICMI terus menyiapkan generasi muslim menjadi cendekia.

“Perannya itu memang kecendekiawan intelektual. Pertama yang perlu kami lakukan yaitu menyiapkan generasi muslim itu menjadi cendekia. Apa syarat menjadi cendekia? Syarat menjadi cendekia itu pasti dia berpendidikan kan. Dalam artian dia tidak hanya berpendidikan saja tapi dia mempunyai kemampuan yang lebih kalau tidak dia bisa menginspirasi setiap orang”, ungkapnya.

“Inikan hari kita semuakan. Harinya kami adalah hari orang-orang yang fokus berpendidikan. Harapannya kita yah, kita berharap kita lebih maju lagi kedepannya, pendidikan ini menjadi pusat berpikir kita. Artinya, kita harus senangtiasa melakukan edukasi-edukasi pada orang banyak atau dalam artian juga memperkaya pengetahuan kita sendiri, karena bagaimna kita mau memperkaya orang lain kalau kita juga kekurangan,” sambungnya.

Lebih jauh, ia menjelaskan meski pun saat ini pendidikan telah menuju era digital, namun Rami berharap para muda mudi Binongko tetap mempertahankan tradisi yang sudah ada sejak zaman dari dahulu. Bahkan bila perlu, pengetahuan tradisional itu dapat dikembangkan lagi.

“Binongko ini daerah yang unik. Dulu saya tau ada di sini pandai besi, ada pembuat perahu, itu warisan tetapi sekarang itu kurang diciptakan, diaplikasikan. Saya sarankan itu, kalau dulu buat perahu harusnya sekarang anak-anak muda Binongko bisa membuat perahu yang lebih canggih lagi. Kalau dulu bisa buat besi jadi parang sekarang dia lebih canggih dari itu, syaratnya yah ilmu pengetahuan. Jadi, tradisi itu ada memang pengetahuan yang dulu buat perahu kayu itu sekarang itu harus lebih canggih lagi. Kalau dulu bisa buat perahu di mana-mana kenapa sekarang tidak bisa buat seperti itu,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Founder Ceritakan Wakatobi, La Ode Muhammad Saleh Hanan menjelaskan pendidikan itu terjadi semenjak masyarakat itu ada.

“Pendidikan masyarakat itu terjadi sejak masyarakat itu ada. Karena di dalam beberapa poin yaitu proses pewarisan yang sudah lama berlangsung. Bagaimana cara mencari ikan, berkebun dan sebagainya. Sebenarnya kalau sejak kapan pendidikan itu? Yah, sejak masyarakat itu berkumpul menjadi masyarakat di tandai dengan proses pewarisan”, ungkapnya.

“Kalau kita tinjau dari materi pendidikan masyarakat itu mempelajari apa yang kita miliki sehingga menjadi meningkat karena daya fungsinya atau daya gunanya, apapun itu. Kalau dari tinjaun dari apa yang kita miliki banyak yang terputus pendidikan masyarakat yang di sini. Misalnya, tidak ada lagi orang yang mengerti atau kurang mengerti cara membuat perahu, berlayar, cara membuat kasuami. Jadi seperti banyak ilmu pengetahuan lokal itu sudah tidak diajarkan lagi dan anak-anak juga sudah tidak ada yang bertanya,” imbuh La Ode Muhammad Saleh Hanan.

Peliput: Ika Fitriani