PANDUANRAKYAT, BUTON-Dinas Pariwisata Kabupaten Buton telah memetahkan pola pengembangan kawasan wisata disetiap kecamatan.
Diantara kawasan Wabula, Wasuemba dan sekitarnya sebagai wisata berbasis budaya dan kerajinan.
Sedangkan di ibu kota Kabupaten Buton, Pasarwajo digagas sebagai wisata bahari berbasis kuliner. Hal itu dikarenakan Pasarwajo memiliki teluk.
Kemudian di Kecamatan Kapontori sebagai wisata edukasi wisata minat khusus.
“Karena dia kuat dengan hutannya maka itu wisata edukasi wisata minat khusus. Mudah-mudahan dengan berakhirnya pandemi ini kegiatan bule-bule itu kembali aktif lagi dan kalau itu aktif kita akan coba integritasikan dengan programnya kita, karena selama inikan masuknya itu tidak berintegrasi dengan kita, jadi masyarakatnya hampir tidak mendapat apa-apa, jadi itu kita akan integrasikan,” ujar dia kepada sejumlah wartawan di rumah makan transit Pasarwajo, Senin (25/7/2022).
Lalu, ia menjelaskan untuk kawasan Lasalimu dan sekitarnya dengan hadirnya Desa Lasembangi sebagai penghasil jeruk akan digahas sebagai kawasan wisata agro.
“Dan dan sebentar lagi ada jenis durian, ada rambutan, sehingga kita menggagasnya di situ wisata agro. Jadi kita sudah bercerita menggagas itu dengan kepala dinas pertanian bahwa disitu nanti ada beberapa kawasan yang memang digagas, jenis-jenis tanaman itu kalau memang rambutan-rambutan semua, kalau durian, durian semua. Kemudian kalau jeruk, jeruk semua. Sehingga dia ada alternatif buah-buahan tapi dia satu kawasan, tidak berjauh-jauhan. Nanti itu nanti menjadi wisata agro,” Jelasnya.
Nah, ia menjelaskan untuk mendukung kawasan wisata ini, pihaknya melakukan pelatihan pemandu ekowisata.
“Pelatihan kali ini, kita memandu mereka untuk menjadi ekowisata itu, kita ingin perwakilannya itu mewakili dari desa-desa, desa wisata yang tersebar di 7 kecamatan, kita ingin mereka ini hadir untuk memberi penguatan kepada kita untuk memberi informasi dan memandu orang ketika masuk di daerahnya terkait dengan potensinya,” ujarnya.
“Jadi misalnya ketika nanti diwisata agrosana dia belajar memandu, dia harus belajar memandu bagaimana dia mengenal itu buah-buahan, prosesnya, jenisnya baru dia menceritakan itu. Kalau dia wisata budaya, bagaimana dia menginterviw orang tua-tua lalu kemudian dia bisa menceritakan nilai-nilai apa yang bisa di pesankan kepada pengunjung terkait akraktsi atau kegiatan budaya di wilayahnya,”tambahnya.
Tidak hanya itu, ia menjelaskan dalam mengembangkan pariwisata di Buton, dinas pariwista telah menggagas wisata edukasi Aspal Buton Park.
“Aspal park itu sebenarnya itu digagas sebenarnya pada saat rakoor, pada saat hadirnya menteri di Wakatobi pada waktu itu kemudian pak sandiaga Uno singga di sini, lalu ada komunikasi sedikit bahwa perlu diangkat tentang aspal Buton itu menjadi wisata edukasi tetapi menyebutnya wisata edukasi aspal Buton Park,” jelasnya.
“Jadi didalamnya itu dalam diskusi, pak Hugua juga, kemudian Kadis Pariwisata Provinsi dengan kami yang sudah berjalan, tapi ini baru kita coba intenskan di akhir tahun ini sampai di tahun depan targetnya ya,” sambungnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan wisata edukasi Aspal Buton Park berlokasi di desa Wining dan Mantowu, Kecamatan Pasarwajo. Di dua desa itu masih terdapat sisa-sisa peninggalan kejaayan aspal Buton sejak zaman Belanda.
“Bahwa nanti kan di sana masih ada sisa-sisa penambangan yang sudah tidak berfungsi, kemudian ada sisa-sisa bangunan yang tipe rumah belanda yang juga sudah tidak berfungsi. Di Wining, Kabungka, Nah disitu nanti orang bisa hadir. Kemudian bjsa diceritakan, bisa nginap di rumah-rumah itu kalau itu direhap. Lalu satu dijadikan museum. Lalu di dalamnya di isi miniatur. Kabel ban. Pola peledekannya dulu seperti pertama. Jadi disitu ada sejarah awalnya pengelolaan aspal mulai dari pertama gelogis Belanda itu sampai kemudian sampai disaat sekarang ini, lalu kemudian jenis-jenis mobil,” jelasnya.
“Jenis-jenis alat, peledakannya itu, terus kabel bannya itu, itu mau dibuatkan miniatur. Sehingga ketika orang hadir, dia bercerita, bahwa ini dulu prosesnya aspal ini, jadi nanti ketika mau melihat bagajmana model aspalnya ada dibelakang yang sudah tidak digunakan. Ah itu kita coba. Penambangannya nda apa-apa. Nanti kalau mau lihat proses penambangan tinggal izin atau menyurat ke pihak penambang, tapi ada tempat-tempat yang sudah ditjnggalkan. Sehingga yang kubangan-kubangan pun bisa berpotensi diisikan ikan,” imbuhnya.
Lanjut, selain itu, kata dia di dua desa itu juga terdapat sisa peninggalan sejarah yang dapat dilihat, ada mata air Bandung dan gunung Bandung serta ada juga sisa-siaa bahan peledak disalah satu kolong rumah penduduk.
“Nanti kalau kesana itu, dia bersebelahan mata air bandung dengan gunung bandung, karena pada zaman dulu, pertama dieksplorasi disana memang orang-orang bandung yang dominan pada waktu itu,” jelasnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan pengelolaan wisata edukasi Aspal Buton Park ini dilakukan oleh pihak desa yang di fasilitasi oleh pemerintah daerah. Sementara pola pengembangan dan sebagainya itu masih dalam tahap didiskusikan untuk dimatangkan.
“Karena mereka juga cukup prihatin melihat lokasi tambang yang begitu terkenal, begitu mendunia, yang keadaan masyarakat disekitarnya jtu memprihatinkan, itulah yang membuat mereka terdorong bahwa mereka mau buat pola pengembangannya ada tim ini yang mencoba membuat pola pengembangannya, lalu kemudian ada juga akan berkoordinasi dengan kementrian ESDM, karena mereka yang Punya gawean untuk pertambangan ini,” tandasnya. (*)