PANDUANRAKYAT, BUTON-Pemerintah Kabupaten Buton melalui Dinas Pariwisata memfasilitasi sebanyak 22 desa untuk masuk program aplikasi jejaring desa wisata (Jadesta) tahun 2022.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buton, Rusdi Nudi menjelaskan pihaknya bakal memandu desa tersebut pada Selasa-Rabu (1-2/3/2022) sekira pukul 09.00-10.30 WITA di Kantor Dinas Pariwisata, gedung B, lantai II, Kompleks Perkantoran Pemkab Buton, Takawa, Pasarwajo.
Data aplikasi ini akan menjadi database desa wisata berbasis online se-Indonesia dan sangat bermanfaat terhadap pengajuan program-program pembangunan desa/kelurahan lintas kementerian.
“Tahun 2022 ini, pihak Kementrian Pariwisata Republik Indonesia mencangkan Jadesta. Jadesta itu aplikasi jadesta. Atau jejaring desa wisata tahun 2022. Diharapkan kepada desa-desa yang bisa melihat potensi wisata di daerahnya di kembangkan, maka dia mengisi aplikasi ini,” ujar dia saat ditemui diruang kerjanya, gedung B, lantai II, Kompleks Perkantoran Pemkab Buton, Takawa, Pasarwajo, Kamis (24/2/2022).
Lanjut, ia menjelaskan di musrenbang Kecamatan, pihaknya sudah mensosialisasikan tentang Jadesta tersebut. Namun karena waktu yang terbatas, sehingga disusul lagi dengan surat kepada desa-desa yang menurut desa itu sendiri memiliki potensi wisata dan juga menurut pengamatan Dinas Pariwisata, desa tersebut memiliki potensi wisata. Hasilnya terdapat 22 desa.
“Itu semua kita undang di tanggal 1, tanggal 2 Maret. Untuk kita mengisi aplikasi ini. Aplikasi ini, pengisiannya nanti sampai dengan 17 Maret 2022,” jelasnya.
“Pengsian aplikasi ini menyangkut tentang profil desa. Menyangkut potensi desa. Arah pembangunannya, kelembagaan di desa yang sudah jalan apa saja. Sehingga aplikasi ini dia berbasis online yang terhubung di dengan lintas kementrian. Arah pembangunan kedepan dengan konsep bahwa membangun desa untuk Indonesia. Atau membangun Indonesia melalui desa,” tambahnya.
Lanjut, ia menjelaskan yang paling menyentu dari program tersebut yakni desa yang dimaksud adalah desa wisata.
“Kerana potensi apa pun yang dimiliki. Apakah itu potensi alam, maka dia wisata alamnya. Potensi keunikan tertentu di wilayahnya atau yang sifatnya endemik, itu berarti wisata edukasinya. Kalau dia unggul di pertaniannya berarti wisata agronya. Kalau dianggul di lautnya berarti wisata baharinya. Dan jenis wisata lain, desa itu bisa berkembang,” jelasnya.
Ia menjelaskan aplikasi itu sejenis penyusunan database desa yang berbasis online. Sehingga ketika desa mau di kembangkan atau ada bantuan dari kementrian, maka nanti aplikasi ini akan sangat membantu. Karena terkoneksi secara nasional dan terkoneksi lintas kementrian.
“Contohnya misalnya, ketika kita sudah menginput di jadesta ternyata PU mau membantu kita, maka PU itu membuka database bahwa kita masuk jadesta atau tidak. Jejaring desa wisata ini. Atau perhubungan. Atau Infokom. Atau perikanan, atau perkim. Hampir seluruh kementrian dia terintegrasi dalam apilikasi jejaring desa wisata ini kerena ini menjadi sebuah program,” jelasnya.
“Yang selama ini program desa yang di kembangkan melalui Kementrian Desa itu kurang bergerak. Maka hari ini dikoneksikan dengan pariwisata melalui program jejaring desa wisata ini agar dia terkoneksi dan dipercaya bisa dilakukan percepatan jika itu masuk dalam pemetaan desa wisata,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, ia menjelaskan sejauh ini, desa di Buton yang masuk Jadesta baru satu. Wabula. Desa tersut didaftar pada tahun 2021 lalu. Ditahun 2022 ini, harapkan Buton bisa lebih banyak mendaftarkan desa masuk Jadesta.
“Jadi ketika kita mau melihat daftar desa-desa yang ada di Indonesia, kita masuk. Itu dulu yang kita kejar. Bagi desa yang memiliki potensi yang lebih bagus lagi. Maka dia mempunyai ruang untuk mengikuti namanya ADWI 2022. Anugerah desa wisata Indonesia 2022. Tapi bagi kita sekarang, ADWI-nya tetap kita ikut, tetapi targetnya itu, bagaimana kita masuk dulu dalam sistem,” tandasnya.(*)
Berikut foto daftar desa yang memiliki potensi Wisata untuk masuk di Jadesta.
