PANDUANRAKYAT, BUTON-Angka stunting (kekerdilan) di Kabupaten Buton terus mengalami penurunan sebesar 5 persen dari 21 persen di tahun 2021 menjadi 16 persen di tahun 2022.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buton, Syafaruddin menjelaskan dengan terus menurunnya angka stunting itu, diharapakan ditahun 2024 nanti, angka stunting di Buton dapat ditekan menjadi 14 persen.
“Sehingga kita harapkan di 2024, stunting itu kita turunkan menjadi sisa 14 persen,” ujar dia saat ditemui Panduanrakyarat.com di ruang kerjanya, gedung B, lantai 1, Kompleks Perkantoran Pemkab Buton, Takawa, Pasarwajo, belum lama ini
Lanjut, ia menjelaskan untuk mencapai target penurunan stunting 2024, pihaknya terus melakukan upaya penurunan. Ada delapan aksi yang dilakukan, seperti yang dilakukan belum lama ini. Aksi pertama menentukan lokus stunting di Buton.
“Upaya penurunan stunting di Kabupaten Buton pada tanggal 1 April hari Jumat yang lalu, kita sudah melakaanakan rencana aksi pertama yaitu penentuan lokus untuk tahun 2023, rencana aksi kita itukan ada delapan. Jadi yang pertama sudah kita lakukan yang lalu,” jelasnya.
Lanjut, ia menjelaskan pada aksi pertama, lokus stunting tahun 2023 di Kabupaten Buton ditetapkan sebanyak 23 desa. Dari jumlah itu, 11 diantaranya merupakan desa baru dan 14 lainnya desa lama.
Dalam aksi pertama, penentuan lokus stunting itu dirembukkan bersama Kementrian Agama Kabupaten Buton, Tim Penggerak PKK, Bapedda, Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa, Dinas Sosial, Dinas Perkim, Kominfo, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan dan sejumlah instansi terkait lainnya.
“Kita rapatkan bersama dengan melihat tiga variabel dari 95 desa dan kelurahan untuk penentuan lokus, jadi tiga variabel yang kita nilai itu, pertama persentase rumah tangga yang berisiko stunting, yang kedua jumlah stunting yang ada di desa itu, dan yang ketiga persentase anak stunting. Dari tiga variabel ini kita menghasilkan 23 lokus untuk 2023. Di tahun 2022 kan 25, dari 25 desa di 2022, ada 11 desa yang menjadi lokus kembali 2023, berarti 11 desa lama, 14 desa baru,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dalam upaya penurunan stunting, Dinas Kesehatan bertanggung jawab mengenai intervensi spesifik dan sensitif.
“Kalau spesifik itu yang berkaitan langsung dengan aspek kesehatan, seperti pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil dan kekurangan energi kronis, kemudian pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil, remaja maupun calon pengantin. Kemudian, ANC Antenatal Care, yaitu pelayanan kepada ibu hamil, yang lalu itu minimal empat kali, kalau sekarang sudah ada standar baru minimal enam kali, ibu hamil itu memeriksakan diri ke kesehatan, kemudian pemberian imunisasi, itu bagian-bagian dari upaya kesehatan,” Jelasnya.
“Untuk yang sensitif, itu di luar kesehatan, itu seperti air bersih, jamban keluarga, itu perlu juga dilakukan juga intervensi, semua itu didalam koordinasinya dinas kesehatan. Intervensi yang spesifik dan sensitif,” tambahnya.
Lanjut, ia menjelaskan merupakan suatu masalah penyakit yang harus diatasi, sebab stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia, karena stunting bukan hanya berarti anak lebih pendek daripada anak seusianya, tetapi anak yang stunting mengalami perkembangan otak yang juga terhambat. Pada akhirnya, mereka cenderung tidak dapat mengejar pelajaran sekolahnya, yang berdampak pada masa depan dan generasi berikutnya.
“Dampak kesehatan stunting dia pendek, tidak sesuai dengan perkembangan, gagal tumbuh, kemudian, anak yang stunting juga itu ada kecenderungan dalam aspek penerimaan ketika dia belajar itu dia agak kurang dibanding dengan teman-temannya yang tidak stunting, kerna dia inikan berkaitan dengan kekurangan energi kronis dan infeksi,” jelasnya.
“Sasaran intervensi stunting itu dibidang kesehatan itu kan remaja, calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nivas dan anak-anak, bayi, balita. Harapan kami kepada masyarakat itu bisa asupan gisi itu bisa tercukupi dan upayakan mencega terjadinya inveksi. Seperti inveksi penyakit diare, DBD. Karena penyebab dari pada stunting itu pada dasarnya karena kekurangan asupan energi kronis dan disebabkan juga kerena infeksi,” tambahnya. (*)