PANDUANRAKYAT, WAKATOBI-Idul Fitri sebagai hari besar umat Muslim kerap dirayakan dengan beragam tradisi, berbasiskan kearifan lokal di masing-masing daerah.
Seperti halnya yang ada di kalangan masyarakat adat yang tinggal di Kabupaten Wakatobi, tepatnya di Pulau Binongko pun punya beragam cara unik untuk mewujudkan rasa syukur dan gembira menyambut hadirnya bulan Syawal. Sebut saja, tradisi lebaran Adat Polei Lei.
Pembina Budaya dan Sejarah Pulau Binongko, Jaudin, S. Pd., M. Pd menjelaskan Polei lei merupakan sebuah silaturahmi yang di lakukan oleh masyarakat adat Binongko dengan cara berkumpul di satu titik terus melakukan pawai keliling kampung. Nantinya, para peserta pawai ini akan bertamu dari rumah-kerumah yang ada perkampungan.
Nah dalam konteks ini, para peserta memulai pawai dari rumah jabatan camat hingga jalan bergerombol bertamu dari rumah satu ke rumah lain sampai ujung Kelurahan Rukuwa. Setelah itu para peserta pulang ke rumah masing-masing.
“Adat polei lei ini berlaku atau sudah berjalan sudah ratusan tahun atau sejak nenek moyang kita di Binongko ini khususnya di Kelurahan Palahidu dan Kelurahan Rukuwa dulu sebelum mekar namanya satu kelurahan yaitu Kelurahan Palahidu”, Kata Jaudin, S. Pd.,M. Pd, pada Panduanrakyat.com, Senin (2/5/2022).
“Maka adat polei lei ini sudah dari perkampungan -kampungan sebelum menjadi sebuah kecamatan. Adat polei-lei ini sudah menjadi turun-menurun dari keluarga satu dengan keluarga yang lain seperti silahturahmi tidak memandang bahwa itu saya punya keluarga dekat jadi sepanjang perjalanan sepanjang rumah kita lalui. Di situlah kita singgah kebersamaan masyarakat Binongko di Kelurahan Palahidu dan Kelurahan Rukuwa,” imbuhnya.
Peliput: Ika Fitriani.