Panduanrakyat
Buton

Ternyata, Ini Alasan Bupati Buton Masuk Nominasi Anugerah Kebudayaan

Bupati Buton saat Persentase Kerafian Lokal Buton Dalam Melawan Pandemi di hadapan dewan juri, di Lantai 4 Hall Dewan Pers, Jakarta, 16 Desember 2021.

PANDUANRAKYAT, BUTON- Bupati Buton, Sulawesi Tenggara, La Bakry masuk dalam nominasi 10 kepala daerah di Indonesia yang dinilai layak mendapat Anugerah Kebudayaan dari Persatuan Wartawan Indonesia. Anugerah ini dalam rangka hari pers nasional (HPN) 2022 di Kendari.

Untuk menerima award tersebut tidak mudah. Para pemimpin daerah yang masuk nominasi harus mempersentasekan peranan kearifan lokal masing-masing daerah. Tahun ini, karena masih situasi covid-19. Para peserta mempersentasekan kerafian lokal dalam melawan pandemi.

La Bakry yang mendapat nomor urut sembilan telah melalukan persentase, Kamis (16/12/2021).

Di hadapan penguji, yakni Nungki Kusumastuti (Dosen Institut Kesenian Jakarta, penari, bintang film), Agus Dermawan T (Penulis buku kebudayaan dan seni, pengamat seni rupa), Atal S.Depari (Ketua Umum PWI Pusat, Wartawan), dan Yusuf Susilo Hartono (Ketua Pelaksana Anugrah Kebudayaan PWI), Bupati Buton memaparkan kearifan lokal Buton dalam melawan pandemi yang berkesesuaian dengan visi Buton yakni mewujudkan Buton sebagai kawasan bisnis budaya terdepan.

Orang nomor satu di Buton ini juga memaparkan komoditas unggulan, Aspal Buton yang memiliki cadangan 80 persen aspal alam dunia.

“Maka 80 persen Aspal yag ada di Indonesia ada di Buton,” kata Bupati Buton, di hadapan dewan juri, di Lantai 4 Hall Dewan Pers, Jakarta, 16 Desember 2021.

Meski memiliki cadangan yang melimpah, kata Bupati, Aspal Buton belum termanfaatkan secara maksimal. Sehingga pihaknya, bersama Bupati sebelumnya yakni Samsu Umar Abdul Samiun begitu getol memperjuangkan Aspal Buton agar dapat digunakan di dalam negeri.

Hasilnya, terjawab juga dengan adanya dukungan Presiden RI, Jokowi berjanji akan memproduksi Aspal Buton dan digunakan di seluruh kota/kabupaten se-Indonesia. Ketika ini berhasil, maka akan mesejahterahkan masyarakat Buton secara keseluruhan.

“Harapannya dengan kemajuan industri aspal yang memberi kontribusi bagi daerah,” ulas Bupati.

Adapun hubungannnya dengan budaya terdepan, ini belajar dari negara seperti Jepang, Korea yang sudah maju industrinya. Kendatipun sudah maju namun tidak lepas melepaskan budayanya.

Terkait dengan budaya, Buton sangat menjaganya dan melestarikan dalam kehidupan kesehariannya. Untuk mengingatkan pentingnya budaya sejak dimasa kepemimpinan Umar Samiun, saat itu La Bakry sebagai wakil bupati selalu menggelar Festival Budaya Tua Buton diawali 2013, dan selalu digelar di tahun-tahun berikutnya.

“Hanya saja setelah pandemi Corona, festival budaya sudah tidak dilaksanakan lagi,” ungkapnya.

“Dalam festival budaya itu kita lakukan sunatan massal (tandaki) imunisasi tradisional (tandaki) pingitan anak gadis posuo) Tenunan (Tanu) makan bersama (Pekande-kandea), permainan tradisional dan masih banyak lainnya,” tambah Bupati Buton.

Kaitannya dengan pandemi, Buton punya cara sendiri dalam menghilangkan wabah yang sudah dilakukan secara terus menerus. Namanya Piago. Piago atau istilah sekarang lockdown, dengan memagari kampung. Para tokoh adat memerintahkan warga untuk berdiam di rumah pada waktu tertentu.

Atas permintaan tokoh adat itu, masyarakat begitu patuh. Di Buton, ada falsafah Bolimo Karo Somanamo Lipu yang memiliki arti mendahulukan kepentingan umum, kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi dan golongan.

“Alhamdulillah dengan falsafah ini, masyarakat terhindar dari bahaya,” katanya lagi.

Bupati menjelaskan penerapan protokol kesehatan dalam mencegah covid-19, jauh sebelumnya sudah menjadi tradisi orang Buton. Terlebih lagi, cuci tangan, jaga jarak.

Untuk cuci tangan, kata Bupati sudah menjadi kebiasaan di Buton. Karena di masa lalu rata-rata mendiami rumah panggung. Saat akan naik tangga sudah disiapkan gumbang yang diisi air. Fungsinya jika ada tamu yang datang mereka akan cuci tangan dulu sebelum masuk rumah.

Bupati Buton juga selalu meminta para perangkat adat dan tokoh agama untuk selalu memanjatkan doa dan duduk tolak bala guna menghindari wabah dan pandemi.

Hal itu dilakukan, paling tidak telah memberikan pemahaman pada generasi bahwa mengimplementasikan kearifan lokal dapat menjadi landasan kehidupan masyarakat, di era penerapan new normal. Bahwa kearifan lokal utamanya budaya juga dapat menangkal pandemi dengan lockdown yang berlandaskan zikir dan permohonan kepada yang maha kuasa.

Atas paparan Bupati Buton itu, para juri memberikan apresiasi positif. Sempat terjadi diskusi dengan para juri selama lebih dari 20 menit, akhirnya para juri merasa puas dengan jawaban Bupati Buton. Kegiatan itu diakhiri dengan foto bersama. (*)