PANDUANRAKYAT, BUTON- Bupati La Bakry menerima kunjungan kerja Direktur Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Kemensos RI, M Syafii Nasution di Kabupaten Buton. Pertemuan itu sekaligus dilangsungkan dengan rapat bersama di Aula Kantor Bupati Buton, Takawa sekira pukul 15.30 WITA.
Dalam kesempatan itu, La Bakry menjelaskan kedatangan Direktur Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Kemensos RI, M Syafii Nasution berkaitan dengan rencana kunjungan Mentri Sosial, Tri Rismaharini di Buton dalam program bersama antara pemerintah daerah dan kementrian sosial tentang meningkatkan kesejatraan masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT).
Kata dia, di Indonesia hanya terdapat empat daerah yang miliki suku adat terpencil. Diantaranya, Suku Anak Dalam di Jambi, Suku Dayak di Kalimantan, Suku Asmat di Papua serta Suku Wabou dan Suku Bajo di Buton. Di Buton, Suku Wabou berada di Desa Lawele dan Suku Bajo di Desa Benteng, Kecamatan Lasalimu.
“Untuk Suku Bajo jika ingin kesana harus air pasang jika air surut melalui Nambo tidak dapat kesana karna lumpur yang dalam dan jika melalui sungai airnya dangkal dalam,” ujar Bupati.
Ditempat yang sama, Direktur Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Kemensos RI, M Syafii Nasution mengaku mengapresiasi Bupati Buton. Sebab, di balik kesibukannya, La Bakry menyempatkan diri untuk melakukan penyambuatan.
Ia bilang, sengaja dirinya berkunjung ke Buton atas perintah Mentri Sosial untuk meninjau komunitas adat terpencil Suku Bajo.
Selain itu, dirinya juga diperintahkan untuk membangun Comunity Center lengkap beserta isinya. Tujuannya Comunity itu untuk bangunan kebutuhan masyarakat. Misalnya, memberikan bantuan simulator, tingkatkan penghasilan masyarakaat.
“Bila perlu bangun clinik terapung untuk kerja sama dengan ITES agar mereka tidak perlu lagi kedarat untuk berobat,” tandasnya.
“Kita tahu bahwa di masyarakat adat ada sifat- sifat kegotongroyongan, punya nilai kearifan lokal. Melalui pembangunan media sosial ini di harapkan mereka punya aktifitas sebagai warga KAT,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan warga KAT memiliki beberapa kategori. Ada yang kehidupanya ada yang nomaden. Selalu berpindah-pindah dan kadang ada yang menetap.
“Yang kita harapkan mereka menetap dan punya kehidupan tujuan. Di bangunnya comunity center ini walau mereka nomaden tapi mereka punya tanggung jawab terhadap istri mereka, anak-anaknya, agar anaknya tidak lagi di bawah pergi. Jadi Pendidikan, Kesehatan, Keagaman, Perekaman KTP kita panggil , dia berkesenian dan keterampilan lainnya itulah tujuan dari komunity center ini agar terciptanya kesejatran masyarakat di wilaya adat ini,” terangnya.
Peliput: Toni Armin Syah