Panduanrakyat
Sultra

Jadi Korban Kekerasan Kepala Bapenda, Kadis Kominfo Sultra Beberkan Kronologis Penganiayaan

PANDUANRAKYAT, KENDARI- Kepala Dinas Kominfo Sulawesi Tenggara (Sultra) Ridwan Badalah mengaku dirinya menjadi korban penganiayaan oleh Kepala Bapenda Sultra Yusuf Mundu saat momen peringatan hari pers nasional (HPN) 2022 di Kota Kendari

Ridwan menceritakan kekerasan itu berupa pukulan yang mengenai bagian bibir hingga robek. Diduga penganiayaan itu bermula dari candaan.

Ridwan menjelaskan peristiwa yang dialaminya itu terjadi di pelataran parkir masjid Al-Alam. Saat itu dirinya dan Bapenda Sultra serta beberapa kepala dinas yang menjadi peserta upacara HPN tengah berfoto bersama.

“Setelah itu kami duduk bersama di pelataran parkir Al-Alam di tempat itu ada beberapa kadis di antaranya Yusuf Mundu duduk paling ujung sebelahnya ada kepala BPKAD Provinsi, kemudian bapak Trio Kadispora Provinsi, berikutnya Kadis Kominfo dan di sebelahnya bapak Rajulan Kadis Perhubungan Provinsi,” ujar dia saat dikonfirmasi Panduanrakyat.com, Jumat (11/2/2022).

“Sedangkan yang lainnya berdiri, yakni Kadis Koperasi, La Ode Saifuddin. Kadis Perpustakaan Nursaleh, BPBD Muhamat Yusuf (Yoker ). Kadis Sosial, Arinanto serta Kadis Kominfo Buton Sudirman dan beberapa kadis lainnya yang saya lupa namanya,” tambahnya.

Disaat kongko-kongko itu lah, candaan satu sama lain muncul. Dimana salah satu kadis berandai, Kadis Bapenda Yusup Mundu menjadi inspertur pengawasan.

Nampaknya candaan itu direspon oleh Yusuf Mundu. Sontak, kata Ridwan andaikan Yusuf menjadi Inspektur. Maka, Kadis Kominfo Sultra akan di evaluasi dan di rekomendasikan untuk di nonjob.

“Kemudian saya (Kadis Kominfo) sambil kaget mengatakan kenapa mau di nonjob saya kan punya prestasi bahkan penghargaan dari Gubernur sebagai peringkat kedua OPD penyerap anggaran terbaik,” jelasnya.

Cerita Ridwan, patut dicurigai jawaban yang ia lontarkan tidak diterima baik, Yusuf Mundu tersulut emosi dan menudu kadis Kominfo Sultra hanya menghabiskan anggaran dan tak punya sumbangsi terhadap pendapatan asli daerah (PAD)

“Sambil mengelus dada untuk menenangkan diri saya menjawab dengan santai dari Kominfo kan sudah pernah mengusulkan untuk di mutasi Billboard Dinas Perhubungan agar di jadikan sumber PAD Kominfo yang selama ini di pinjaman oleh Bapenda,” jelasnya.

“Setelah saya selesai berbicara raut wajahnya berubah dan dia marah sambil berkata apa kamu (kadiskominfo) tau tentang retribusi sedangkan kamu kadis Kominfo dari guru,”cerita dia menirukan ucapan Kadis Bapenda.

Mendengar itu, kata Ridwan, ia menjawab agar diskominfo punya PAD, ia meyarankan agar Vidio Tron yang di buat Bapenda sekiranya di mutasi, menjadi asetnya Kominfo. Sebab, hal tersebut sesuai dengan fungsi Kominfo.

“Mendengar apa yang saya ucapkan kadis BAPENDA langsung menjawab di mana aturannya secara spontan saya menjawab ada aturannya dan sesuai dengan perkominfo,” ucarnya.

“Dengan emosi kadis Bapenda menjawab pasang mata pak kadis tanpa dia sadari menunjuk dahi, namun dia di tanggapi oleh Muhammad Yusup (Kadis BPBD) sambil memperagakan kalau mata itu jangan tunjuk di dahi tetapi tujuk di mata sambil bercanda,” sambungnya.

Lanjut, Ridwan menjelaskan setelah mendengarkan apa yang di ucapkan oleh BPBD, Kepala Bapenda menudu Muhammad Yusup sebagai kadis yang tidak melalui asesment dan hanya mengunakan pendekatan untuk di jadikan kadis.

“Mendengar hal itu Muhamad Yusuf langsung tertunduk namun raut wajahnya agak merah saat saya perhatikan Setelah itu saya (kadis Kominfo) langsung menjawab kanda (BPBD) kalau kanda jago tidak mungkin jadi tersangka pemukulan,” cerita Ridwan.

“Pada saat itulah kadis Bapenda langsung marah sambil mengatakan kadis Kominfo hanya banyak bicara hanya dari guru juga apa yang dia tau. Namun setelah mendengar itu saya langsung diam,”imbuhnya.

Lebih jauh, Ridwan menjelaskan usai perbedabatan itu, beberapa saat Kadis Bapenda menghampirinya sambil bertanya apa semboyan media.?

“Tetapi sepengetahuan saya media secara umum tidak punya semboyan kecuali perusahaan itu sendiri. Memang betul media tidak punya semboyan tetapi media adalah pilar ke-4 demokrasi,” ujarnya.

Lanjut, Ridwan menjelaskan setelah mendengar penjelasan itu, Kadis Bapenda langsung duduk dan berkata, “Itu mi karena dari guru, apa yang bapak tau, bawah saja semua guru jadi staf Kominfo,” jelas dia menirukan perkataan Kadis Bapenda.

Lanjut, ia mengaku mendengar hal itu, dirinya merasa tersinggung. Ia pun membuat candaan sambil berjalan meminggalkan tempat kerumunan “Kanda kadis kaki ku ini masih kuat untuk tendang orang bahkan masih bisa jangkau kepala,” tandasnya.

Nah dari situ lah, penganiayan itu muncul, Kadis Bapenda tak tahan menahan emosi langsung mengejar kadis Kominfo Sultra dan melakukan penganiayaan.

“Dan lansung cepat di lerai oleh teman-teman kadis yang lainnya,” jelasanya.

Sementara itu, Kepala Bapenda Sultra Yusuf Mundu menyebut pemukulan itu berawal dari candaan terkait semboyan jurnalis.

“Kita bercanda-canda, saya sampaikan semboyan jurnalis bekerja tanpa laporan dianggap tidak kerja, laporan tanpa kerja pembohongan,” kata Yusuf Mundu kepada detikcom, Kamis (10/2/2022).

Yusuf berterus terang, candaannya itu juga bersifat saran di satu sisi. Yusuf mengaku ucapannya itu karena pernah mengikuti pelatihan pers.

“Karena saya ini pernah mengikuti pelatihan jurnalistik untuk buat press rilis jadi saya ajari,” tutur Yusuf.

Yusuf menyebut sarannya itu ditanggapi secara berlebihan oleh Ridwan. Akibatnya, Yusuf tersulut emosi dan melakukan pemukulan.

“Saya sampaikan lalu jawabannya ‘bapak tidak usah banyak bicara, masih ringan kakiku ini lama-lama kakiku melayang di mulutnya bapak’,” kata Yusuf.

Untuk diketahui persolaan ini sudah ditangani pihak kepolisian, Hal tersebut berdasarkan surat laporan polisi Polres Kendari, dengan Nomor STPL/79/II/2022/RES Kendari.

Peliput: Toni Armin Syah