PANDUANRAKYAT, KENDARI- Bupati Buton, La Bakry menjadi kepala daerah di Indonesia Timur satu-satunya yang menerima penghargaan Anugerah Kebudayaan (AK) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari Tahun 2022.
Selain dirinya, terdapat 8 bupati/wali kota yang ditetapkan sebagai penerima penghargaan AK PWI Pusat dalam rangka memperingati HPN Tahun 2022 yang dilangsungkan di lapangan Masjid Al-Alam Kendari Sulawesi Tenggara, Rabu (9/2/2022).
Mareka masing-masing, Indramayu, Surakarta, Lamongan, Magetan, Padang Panjang, Sumbawa Barat, Lamandau dan Kota Bengkulu.
Di hadapan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyaksikan langsung secara virtual penghargaan AK PWI Pusat dalam rangka memperingati HPN Tahun 2022 telah diterima Bupati Buton bersama 8 bupati dan walikota lainnya yang disaksikan langsung oleh Ketua PWI Pusat, Ketua Dewan Pers, Ketua DPR RI, Sejumlah Mentri dan sejumlah gubernur se-Indonesia dan para duta besar negara sahabat.
Penghargaan AK PWI Pusat yang diterima berupa Trofi Abyakta Anugerah Kebudayaan-PWI. Itu merupakan perjalanan selama beliau duduk memimpin Kabupaten Buton, dimana beliau sangat peduli terhadap kesenian dan kebudayaan warisan Kesultanan Buton.
Ini terlihat, saat menjadi wakil Bupati Samsu Umar Abdul Samiun hingga menjadi Bupati Buton berpasangan dengan Iis Elianti, La Bakry bersama jajaran mempunyai visi menjadikan Kabupaten Buton sebagai kawasan bisnis dan budaya terdepan.
Menurut Bupati, budaya menjadi sarana pemersatu bangsa, apalagi Buton sejak masa lampau sudah kaya akan peradaban sebagai daerah Eks Kesultanan Buton.
Sebut saja budaya atau tradisi “pedhole-dhole” atau imunisasi alami bayi/balita untuk memberikan kekebalan tubuh sejak dini. Tradisi ini dipimpin oleh seorang bhisa atau perempuan tokoh adat yang dituakan dan para balita diberi makanan yang bergizi.
Ini merupakan salah satu warisan budaya Buton yang tetap terpelihara keasliannya hingga kini. Pemda Kabupaten Buton bahkan rutin melaksanakannya secara massal setiap penyelenggaraan Festival Pesona Budaya Tua Buton.
Dua tahun terakhir, festival berskala nasional bahkan internasional ini dihentikan sementara karena pandemi Covid-19.
“Sejak ratusan tahun yang lalu eks Negeri Kesultanan Buton yang kaya dengan budayanya termasuk di dalamnya menghadapi pandemi, nah di Buton sejak sekian lama sebetulnya anak-anak itu sudah disiapkan namanya imunisasi hari ini, dulu di Buton disebut Pedhole-dhole, mereka diberikan kekebalan tubuh oleh ‘bhisa’ namanya,” jelas suami Delya Montolalu.
Selain itu, putera daerah Buton juga memaparkan tentang budaya “peago” atau “poago” yang dilakukan oleh para alim ulama Buton atau “Sarakidina” yang bertugas mendoakan seluruh negeri dan warga Buton untuk terhindar dari wabah, sejak ratusan tahun yang lampau. Masyarakat diminta untuk tidak keluar rumah, tidak melaut, tidak berkebun dan sebagainya, berdiam diri di rumah.
“Dan di Buton dikenal dengan dua sara yaitu “Sara Ogena” (besar) meliputi raja/sultan beserta perangkatnya dan para alim ulama “Sarakidina” adalah perangkat Mesjid Keraton Buton yang mendoakan seluruh negeri agar terhindar dari wabah penyakit, aman, dan sejahtera,” tutur mantan Wakil Bupati ini.
Bupati menambahkan Pemerintah Kabupaten Buton bekerja sama dengan seluruh stakeholder memutus mata rantai penularan Covid-19, termasuk juga menerapkan kearifan lokal atau budaya Buton dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan terhindar dari Covid-19. (*)